Indonesian Heritage Museum, Piknik yang Tak Biasa

BATU, nama ini dulu cuma identik dengan penghasil apel. Apelnya pun, naasnya, disebut “apel malang”, karena Batu adalah sebuah wilayah dari Kabupaten Malang, kala itu. Tetapi kini, dengan makin moncernya sebagai tujuan wisata penting, nama Batu yang menjadi wilayah administratif Kota Batu, bahkan mungkin lebih popular dibanding Malang. Dan, Batu yang kini tak hanya Selecta, tetapi ada Jatim Park I-II, Safari Night, Batu Eco Green Park, serta Muaseum Angkut, dan terus dibangun destinasi baru di sini.

Ke Museum Angkut, kita bisa menikmati indahnya nostalgia dengan berbagai kendaraan. Dari yang dikayuh (sepeda, becak), ditarik (delman, kereta, rickshaw), sampai yang bermesin. Yang bermesin pun macam-macam, dari roda dua, roda tiga, bemo, sedan, minibus, truk, limousin, jip, dan sebagainya. Itu yang di darat. Yang terbang juga ada pesawat Boeing 737 yang dulu digunakan Presiden RI, beberapa helikopter, dan pesawat tempur zaman baheula.

Dulu, setelah puas menikmati nostalgia dari Batavia, Amerika masa lalu dengan gangster town-nya, hingga ke Hollywood kita keluar kemudian masuk ke pusat jajan untuk makan atau sekadar beli suvenir. Tetapi kini, oleh pemandu disarankan jangan langsung pulang. “Pak ada yang bisa dinikmati lagi, Indonesian Museum Heritage yang menyimpan kekayaan budaya Indonesia sejak ratusan tahun lalu,” katanya.

Menariknya, untuk masuk museum ini tidak lagi ditarik bayaran. Sebut saja ini bonus dari menikmati Museum Angkut. Lokasinya di Pasar Apung yang dikelilingi “sungai”, dan pengunjung biasa naik perahu di sana. Jadi tinggal menyeberang jembatan saja lalu masuk museum.

Suguhan wisata ini sebelumnya bernama D’Topeng Kingdom Museum. Namun kini sudah berubah menjadi Indonesian Heritage Museum, yang menyimpan kekayaan benda bernilai sejarah tinggi.

Keris Berdarah

Dengan panduan Mas Supaat yang ramah, kita bisa berkeliling museum itu, dan mendapatkan penjelasan yang sangat detil tentang koleksi yang tersimpan di sana.Koleksinya memang sangat beragam. Ada senjata seperti berbagai jenis keris (bali, Jawa, Kalimantan,Melayu, dsb), tombak, Mandau, dan sebagainya.

Yang menarik ada keris Bali yang menurut Supaat masih ada noktah darah yang mongering. “Menurut keterangan yang kami peroleh, keris itu digunakan untuk membunuh musuh dan darahnya masih menempel sampai sekarang,” katanya

Selain keris, ada juga pedang yang masih tersisa bercak darahnya. Kasusnya sama, pedang ini juga digunakan untuk menghabisi musuh di dalam perang. Ketika ditanya apakah museum ini angker, dan benda-benda semacam itu memunculkan aura magis, Supaat menggeleng. “Tidak ada, tidak ada yang seperti itu,” ujarnya. Tetapi silakan buktikan sendiri kalau Anda ke sana.

Koleksi lain adalah topeng-topeng dari berbagai daerah di Indonesia. Mungkin saking banyaknya koleksi topeng inilah kemudian museum ini dulu diberi nama D’Topeng Kingdom Museum.

Selain topeng tentu saja patung-patung yang juga sangat banyak. Misalnya patung yang biasa ada di pemakaman orang Toraja, ada juga patung kucing dari kayu. Patung Gnesha, pasti ini sudah zaman sejarah Hindu, terbuat abad ke-13 Masehi. Juga ada patung kepala naga untuk dipasang di perahu naga pada masa Blambangan abad ke-13.

Yang menarik arca Leti yang terbuat dari batu, yang ditemukan di daerah Maluku. “Ini merupakan patung tertua di sini karena sudah dibuat 2.000 tahun sebelum Masehi. Ini merupakan saksi bisu peradaban manusia,” kata Supaat.

Rambut yang Memanjang

Supaat juga menunjuk sepasang patung berukuran kecil, menggambarkan lelaki mengenakan pakaian Jawa dengan blangkonnya dan seorang perempuan dengan pakaian ala Cina. “Ini patung yang menggambarkan pernikahan Raden Patah dengan Putri Campa. Ada yang unik di sini, rambut pada patung Putri Campa itu selalu bertambah panjang,” kata Supaat.

Ada pula naskah bertuliskan huruf Arab dengan dekorasi bergambar wayang. Naskah ini konon merupakan tulisan tangan Sunan Kalijaga yang penuh dengan kata-kata bijak dan perumpamaan, serta ayat-ayat suci Alquran. Koleksi ini dibuat pada 400 tahun lalu. “Karya ini pulalah yang konon mengilhami Shakespeare menulis Romeo dan Juliet,” tutur Supaat.

Ribuan koleksi bernilai sejarah tinggi ini tentu saja tak lepas dari Reno Halsamer, sang kolektor benda antik yang rela berburu sampai ke berbagai belahan dunia. Dia tak segan berburu sampai ke Eropa dan belahan benua lainnya, dan kemudian membeli koleksi benda bersejarah asal Nusantara yang bernilai tinggi.

Museum ini terus berbenah dengan melengkapi koleksinya. Ini adalah saksi sejarang sebuah bangsa yang besar. Dan, kita memang tak boleh melupakan sejarah. Karean masa lalu adalah cermin yang tak pernah bohong.

Dan, menariknya, pengunjung juga bisa menikmati pertunjukan musik keroncong secara langsung di salah satu ruangan museum tersebut, Kalau kemudian sudah menyaksikan segenap koleksi, bisa juga berfoto-foto selfi, membeli souvenir di dalam museum, atau kemudian keluar dan menyantap makanan di Pasar Apung

Batu….. wah memang. Selalu mengundang untuk datang kembali. Karena destinasiyanya komplet dan semuanya menarik…..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *